SEORANGPENGGUNA TELAH BERTANYA 👇 Ragam hias batik solo dilukiskan secara INI JAWABAN TERBAIK 👇 Jawaban yang benar diberikan: arum8574 Berhati hati atau teratur menggunakan lilin bisa Jawaban yang benar diberikan: akhmadal Ragam hias batik Solo dilukiskan secara simbolis Jawaban yang benar diberikan: sherlykey1606 C. Pahat A. Naturalis B. Malam dan canting D. Kelapa Semoga [] Kamimemiliki ribuan lebih sebagai referensi anda dalam memilih Batik Art terbaru dan terbaik pada masa ini. Pada 36 Ide Cantik Motif Ragam Hias Batik Solo Terbaru dan Terlengkap, setidaknya akan memberikan gambaran terbaik dalam menentukan Fashion Batik serta Batik Pattern yang sedang anda cari dan anda idamkan saat ini. Berikutini ragam motif batik solo yang populer yaitu pertama motif sidomukti menggambarkan harapan kehidupan yang lebih baik, penuh kesejahteraan, dan ingat kepada Allah. Batik Tasikmalaya kaya akan ragam hias dan pewarnaan yang kontras. Dilihat dari segi motif, ciri khas dari batik Tasikmalaya adalah nuansa parahyangan yang kental Batikdaerah Solo Daerah Solo merupakan kerajaan dengan segala tradisi dan adat istiadatnya. Ragam hias batik diciptakan dengan pesan dan harapan semoga membawa kebaikan bagi pemakai. Semua dilukiskan secara simbolis, misalnya: a. Ragam hias larangan dan dianggap sakral, hanya dikenakan raja dan keluarganya yaitu parang rusak barong, Padadasarnya, tidak semua batik indramayu mempunyai pakem dan arti yang khusus.Tetapi ragam hias sawat gunting merupakan khas indramayu. Sawat adalah hiasan pengantin pria yang dipakai pada kedua belah tangan pria ketika bersanding.Sedangkangunting adalah alat memotong kembang yang dibawa rombongan pengantin pria. Tradis i ini digambarkan oleh pembatik sehingga dikenal dengan motif sawat gunting. PENGERTIANRAGAM HIAS. Ragam hias disebut juga ornamen, merupakan salah satu bentuk karya seni rupa yang sudah berkembang sejak zaman prasejarah, Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya memilik banyak ragam hias. Variasi ragam hias biasanya khas untuk suatu unit budaya pada era tertentu, sehingga dapat menjadi petunjuk bagi para sejarahwan atau arkeolog. 8czxeG. Jawabana. GeometrisPenjelasan Karena Geometris merupakan salah satu karya 2 dimensional dan batik merupakan karya seni 2 dimensiSorry For My Mistakes, And Have a Nice Day! JawabanGeometrisPenjelasankarena bentuknya rapih/beraturan Batik Nasional yang dirayakan setiap 2 Oktober, memicu hasrat saya untuk menengok kembali koleksi batik di almari. Di antara tumpukan kain batik yang hampir semuanya dari Jawa, terselip selembar kain Batik Tanah Liek. Dibuat dengan teknik cap berwarna gelap dari pesisir barat Pulau Sumatra, Padang. Koleksi ini mengingatkan kita bahwa batik tak hanya ada di Jawa. Saya membuka lipatannya dan menggelar ingatan tentang riwayatnya. Seperti pembuatan batik pada umumnya, batik khas Minangkabau ini juga menggunakan lilin untuk merintangi kain, kemudian diberi warna. Akan tetapi, yang unik dan tidak dijumpai di daerah lain adalah penggunaan tanah liat yang dicampur air untuk merendam kain sebelum dicanting atau dicap sehingga namanya Batik Tanah Liek. Tahap merendam ini menghasilkan warna dasar kain yang gelap seperti tanah. Tradisi membuat batik dengan tanah liat sempat menghilang cukup lama. Hampir tujuh puluh tahun dilenyapkan zaman, hingga pada tahun 90-an, Wirda Hanim memunculkannya kembali. Pada waktu itu, perempuan ini gigih dalam bereksperimen dengan kain, tanah liat dan bahan-bahan pewarna alami. Sampai akhirnya ia menemukan formula yang pas untuk membuat Batik Tanah Liek. Batik ini seperti mendapatkan nyawa untuk hidup kembali lalu menjadi kain khas Minangkabau. Selanjutnya ia tak sendiri, banyak perajin yang tumbuh di Sumatra Barat dan memperkaya khazanah batik Nusantara. Di atas permukaannya yang cenderung gelap, bertebaran motif-motif cerah dari pewarna sintetis dan pewarna alam untuk motif-motif dengan rona redup. Bahan-bahan pewarna alami diperoleh dari pengetahuan turun-temurun yang masih diterapkan untuk meronai kain. Antara lain, rebusan jengkol dan kulit manggis untuk mendapatkan warna ungu, kulit alpukat dan kulit bawang merah menghasilkan warna coklat, dan gambir untuk warna oranye, serta warna kuning diperoleh dari rimpang kunyit. Beragam motif dikembangkan dari yang tradisional maupun kreasi baru. Motif-motif tradisional umumnya merupakan transformasi bentuk-bentuk dari alam sekitarnya. Hal ini merupakan manifestasi dari salah satu aforisme yang diyakini oleh masyarakat Minangkabau yaitu alam takambang jadi guru. Diterjemahkan secara bebas, berarti "alam merupakan bentang ilmu tempat manusia berguru". Motif-motif yang terinspirasi dari alam berupa transformasi bentuk hewan dan tumbuhan ini tak hanya divisualkan dalam batik, tetapi juga pada ukir-ukiran ornamen dinding pada rumah Gadang. Masyarakat Minangkabau biasa mengukir dinding, tiang, dan siling rumah bermaterial kayu dengan perlambang adat-istiadatnya. Alih bentuknya bisa berupa simplifikasi menjadi bentuk-bentuk yang sederhana dan juga distorsi atau stilisasi, terutama untuk motif-motif hewan. Hal ini seturut dengan ajaran agama Islam yang tidak menganjurkan membuat visual makhluk bernyawa seperti hewan dan manusia. Seperti misalnya motif itiak pulang patang itik pulang petang, kuciang lalok kucing tidur, ruso balari rusa berlari, ayam jantan, ayam balatiang ayam bertarung, sakikek ikan dalam aie ikan dalam air, dan garundang mandi berudu dalam air. Seperti juga pada ukiran ornamen di dinding rumah khas Minangkabau, motif floral juga sangat meruah di Batik tanah Liek, berupa sulur daun dan bunga-bunga. Di antaranya kaluak paku lekukan daun paku atau pakis, aka basaua akar-akaran, kabek daun kacang ikat daun kacang, dan sitampuak manggih setumpuk buah manggis. Saat ini sejumlah 42 motif batik Minangkabau telah dipatenkan di Kementerian Hukum dan HAM RI oleh Profesor Herwandi, Guru Besar bidang Arkeologi Universitas Andalas Unand Padang. Tak hanya motif kuno yang dipatenkan, terdapat pula motif-motif kreasi baru yang diciptakan belakangan, misalnya motif jam gadang dan rumah gadang. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Arca Amogapasha, yang merupakan perwujudan Buddha, di Museum Nasional Indonesia. Arca ini sebagai hadiah dari Raja Singhasari Kertanagara kepada Raja Melayu Tribhuwanaraja di Dharmasraya pada tahun 1208 Saka atau 1286 Masehi. Sosok arca ini menampilkan kain batik. Selain mematenkan motif-motifnya, Herwandi juga melakukan serangkaian penelitian terkait sejarah Batik Minangkabau. Menurutnya, terdapat lima pembabakan waktu yang penting untuk mengetahui dinamika perjalanan Batik Tanah Liek. Periode pertama adalah pada masa Kerajaan Dharmasraya di abad ke-13 Masehi. Diduga pada waktu itu kain bermotif batik telah dikenal sejak Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari mengirimkan arca Amoghapasa sebagai perwujudan dari Awalokiteswara atau Bodhisatwa welas asih. Arca Buddhis dari batu andesit yang pada lapiknya terdapat prasasti berasal dari 1286 Masehi. Arca itu menampilkan figur yang mengenakan kain bermotif. Tak jauh dari tempat penemuan arca itu, terdapat pula pecahan gerabah dengan motif bunga yang senada. Periode kedua adalah era Kerajaan Pagaruyung pada abad ke-16 ketika batik menjadi komoditi yang banyak diproduksi dan diperdagangkan di pusat kerajaan. Selanjutnya di periode ketiga, yaitu zaman Belanda berkuasa. Pada saat itu wilayah Sumatera Barat mengalami blokade perdagangan. Sehingga jual-beli batik terhenti. Wikimedia Commons Ukiran sulur-sulur daun dalam ragam hias rumah gadang, Sumatra Barat. Pada era Republik Indonesia, produksi batik mulai tumbuh kembali secara perlahan yang menandai periode keempat perkembangan batik Sumatera Barat. Pada 1946, muncul sentra batik di Sampan, Kabupaten Padang Pariaman yang dikelola oleh antara lain Bagindo Idris, Sidi Ali, Sidi Zakaria, Sutan Salim, dan Sutan Sjamsudin. Disusul berikutnya pada 1948 Waslim dan Sutan Razab mendirikan industri batik di Payakumbuh. Setelah itu sampai dengan tahun 90-an, belum ditemukan catatan yang jelas mengenai perkembangan batik di Sumatera Barat. Di akhir abad 20, tepatnya pada 1995, menandai hidupnya kembali kerajinan batik di Minangkabau. Dimulai dari Wirda Hanim dan diikuti oleh perajin-perajin batik lainnya mengembangkan batik yang sekarang dikenal sebagai Batik Tanah Liek. Motifnya yang terinspirasi dari alam semakin beragam, baik motif kreasi baru maupun dari hasil penggalian ornamen-ornamen kuno yang juga terdapat pada ukiran kayu rumah gadang. Motif Batik Tanah Liek semakin kaya dengan adanya studi terbaru yang merupakan kerjasama antar akademisi, seperti yang disampaikan oleh Dini Yanuarmi, pengajar Program Studi Prodi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Ia mengatakan bahwa Prodi Seni Kriya Institut Seni Indonesia Padangpanjang dan Prodi Sastra Minangkabau Universitas Andalas melakukan penelitian bersama lalu mentransformasikan ragam hias iluminasi naskah kuno menjadi motif batik. Hal ini ia tulis dalam artikelnya berjudul “Aplikasi Motif Manuskrip Pada Batik Pewarisan Budaya melalui Proses Pembelajaran terhadap Mahasiswa ISI Padangpanjang” dalam Jurnal Studi Budaya Nusantara 2020. Baca Juga Kelakar Bung Karno dan Ziarah Go Tik Swan Demi Batik Indonesia’ Baca Juga Batik Vorstenlanden Kisah Batik Dari Empat Istana Penerus Mataram Baca Juga Berbagi Cerita Lanskap Pecinan dan Goresan Canting dari Lasem Baca Juga Memperingati Hari Batik Nasional, Inilah Sejarah Batik di Indonesia Upaya pengembangan motif ini selain memberikan makna baru juga sekaligus konservasi terhadap batik dan naskah kuno. Hal serupa juga dilakukan oleh dosen dan peneliti di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat LPPM Universitas Andalas, Pramono, yang menerapkan hasil penelitiannya atas khazanah naskah kuno untuk memperkaya motif batik. Ragam hias iluminasi yang telah dialihmediakan menjadi motif batik yaitu dari naskah Syekh Mato Aia Pakandangan Kabupaten Padangpariaman dan motif naskah Lunang Pesisir Selatan. Manuskrip koleksi surau Syekh Mato Aia merupakan naskah terpanjang di Minangkabau yang berisi khotbah Iduladha dan Idulfitri. Iluminasinya berupa ragam hias floral antara lain pucuak rabuang pucuk rebung atau bambu muda. Selain itu terdapat motif segitiga atau biasa disebut saik galamai wajik dan lingkaran-lingkaran yang dipindahkan ke media kain menggunakan teknik batik. Sedangkan motif hias naskah yang terdapat di Lunang Pesisir Selatan diterapkan secara berbeda, yaitu dengan cara stilisasi atau penggayaan, menjadi motif batik yang lebih kaya dan bergaya. Transformasi dari iluminasi naskah kuno merupakan inovasi memperkaya motif-motif Batik Tanah Liek. Apalagi di sana terdapat 400-an naskah yang tersebar di surau-surau Minangkabau yang tak akan habis menjadi inspirasi. Demikian pula dengan alam Minangkabau yang indah-permai, tak kurang-kurang memberi gagasan selama masyarakatnya terus menjiwai alam takambang jadi guru. PROMOTED CONTENT Video Pilihan Bentuk ragam hias pada motif batik ini biasa dikenakan oleh para bangsawan dan kerabatkeraton..a. Motif Kawungc. Motif Pilinb. Motif Lard. Motif Tumpal​ Jawabanmotif larPenjelasan - Salah satu jenis motif hias pada karya seni rupa Nusantara dua dimensi yakni pada kain batik, kain songket, hingga kain tenun. Berikut penjelasan mengenai ragam hias kain songket dan kain batikBaca juga Jenis-jenis Motif Kain Tenun Songket Sukarara, Nusa Tenggara Barat KRISTIANTO PURNOMO Wanita Baduy luar menenun di Kampung Balingbing, Desa Kanekes, Lebak, Banten, Selasa 1/3/2016. Kerajinan kain tenun menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat Baduy selain bertani. Kain songket Dilansir dari Buku Keistimewaan Kain Songket Minangkabau 2020 oleh Budiwirman, kain songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu dan Minangkabau di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Kain Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi, seperti upacara pernikahan. Mempelai wanita biasanya memakai pakaian adat menggunakan kain tarik dari kain ini adalah benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang. Kain tenun songket sebagai pakaian adat sangat memegang peran penting. Setiap tenunan songket mempunyai arti simbolis dan unsur yang telag disepakati bersama secara turun-temurun. Baca juga 4 Jenis Motif Ragam Hias Setiap motif pada kain songket merupakan perlambang dan nilai-nilai simbolik serta mempunyai arti khusus sebagai falsafah orang Minangkabau. Ragam hias yang dilukiskan pada kain ini membentuk motif pucuak rabuang atau pucuk rebung. Dalam falsafah adat, rebung ini adalah anak bambu yang keluar dari umbinya. Makna pucuak rabuang ini adalah "muda berguna, tua terpakai", dan menjadi contoh bagi kaumnya. Ragam hias, menurut Nian Djoemena, adalah hasil lukisan pada kain dengan menggunakan alat yang disebut dengan canting. Keberadaan ragam hias berperan sebagai media untuk mempercantik dan mengagungkan karya jadi, meskipun ada yang memiliki simbolik tertentu. Jumlah ragam hias pada saat ini sangat beragam baik variasi bentuk atau pun warnanya. Pada umumnya ragam hias batik sangat dipengaruhi dan erat hubungannya dengan faktor-faktor a. Letak geografis daerah pembuat batik yang bersangkutan. b. Sifat dan tata penghidupan daerah yang bersangkutan. c. Kepercayaan dan adat istiadat yang ada di daerah yang bersangkutan. d. Keadaan alam sekitarnya termasuk flora dan fauna. e. Adanya kontak atau hubungan antar daerah pembuat pembatikan Djoemena, 1990 1 . 1 Ragam Hias Batik Ragam hias batik secara garis besar terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan ragam hias geometris dan non geometris. a. Ragam hias geometris secara umum adalah ragam hias yang mengandung unsur-unsur garis dan bangun seperti garis miring, bujur sangkar, empat persegi panjang, trapesium, belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran dan bintang yang disusun secara berulang-ulang membentuk satu kesatuan motif. Motif geometris terdiri atas motif ceplok dan motif garis miring. Motif ceplok atau ceplokan adalah motif-motif batik yang didalamnya terdapat gambaran-gambaran berbentuk lingkaran, roset, binatang dan variasinya. Oleh karena gambaran-gambaran tersebut terletak pada bidang-bidang berbentuk segi empat, lingkaran dan variasinya. Beberapa nama motif ceplok, yaitu ceplok Nogosari, cepolok supit urang, ceplok truntum, ceplok cakrakusuma dan ceplok belah ketupat. 2 Motif ganggong Banyak orang menganggap motif ganggong adalah motif ceplok, karena sepintas hampir sama. Ciri khas yang membedakan ganggong dari ceplok ialah adanya bentuk isen yang terdiri dari seberkas garis-garis yang panjangnya tidak sama dan pada ujung garis-garis yang paling panjang berbentuk serupa salib. Nama-nama motif ganggong antara lain ganggong arjuna, ganggong rante, ganggong ceplok, ganggong madusari, ganggong sari. 3 Motif parang dan lereng. Motif parang merupakan salah satu motif yang sangat terkenal dalam kelompok motif garis miring. Motif ini terdiri atas satu atau lebih ragam hias yang tersususn membentuk garis-garis sejajar dengan sudut kemiringan 45º. Terdapat ragam hias berbentuk belah ketupat sejajar dengan deretan ragam hias utama motif parang. Ragam hias ini disebut mlinjon. Sedangkan motif lereng pada dasarnya sama dengan motif parang. Perbedaan pokoknya terletak pada tidak adanya ragam hias mlinjon dalam motif lereng. Beberapa nama motif parang, yaitu parang rusak, parang sari, parang gondosuri, pring sedapur, sekar liris dan lereng ukel. 4 Motif Banji Motif banji berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau disusun dengan menghubungkan swastika dengan garis-garis, sehingga membentuk sebuah motif. Nama-nama motif banji antara lain banji guling, banji bengkok, banji kerton, dan banji kacip. Gambar 1. Motif parang Gambar 2. Motif ceplok b. Ragam hias non-geometris terbagi atas empat kelompok yaitu motif semen, lung-lungan, buketan, dan pinggiran. Meski ragamnya banyak, motif semen dan lung-lungan lebih mendominasi kelompok motif non geometris. 1 Motif Semen Ragam hias utama yang merupakan ciri motif semen adalah meru, suatu gubahan menyerupai gunung. Meru berasal dari nama gunung Mahameru, titik tertinggi di muka bumi dan merupakan persemayaman para dewa menurut kepercayaan Hindu. Hakekat meru adalah lambang gunung atau tempat tumbuh-tumbuhan bertunas Jawa semi hingga motif ini disebut dengan semen, yang berasal dari kata dasar semi. Ragam hias utama semen adalah garuda, sawat, lar maupun mirong. Contoh motif semen anatara lain semen jolen dan semen gurdha. 2 Motif Lung-lungan Sebagian besar motif lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan motif semen. Berbeda dengan motif semen, ragam hias motif lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru. Motif lung-lungan antara lain Grageh waluh dan Babon Angrem 3 Motif Buketan Motif buketan ialah motif dengan tumbuhan atau lung-lungan yang panjang selebar kain. Bentuk kain pada buketan tidak banyak variasinya, biasnya direalisasikan dengan bentuk rangkaian bunga atau kelopak bunga dengan kupu-kupu, burung atau berbagai satwa kecil yang mengelilinginya. Berbagai unsur tersebut tampil dalam susunan yang membentuk suatu kesatuan motif buketan biasanya mengandung lima atau enam susunan ragam hias. Motif buketan adalah ragam hias batik pesisir. Sebagian besar motif batik Belanda’ termasuk dalam motif buketan. 4 Motif pinggiran Motif ini disebut sebagai motif pinggiran karena undur hiasnya terdiri atas ragam hias yang bias digunakan untuk hiasan pinggir atau hiasan pembatas antara bidang yang memiliki hiasan dan bidang yang kosong pada dodot, kemben dan udheng. Motif-motif hiasan pinggir, misalnya kemada gendulan, pinggir awan, sedang motif batas blumbangan, misalnya cemukiran Sala, lidah api. 5 Motif dinamis Motif dinamis adalah motif-motif yang masih dapat dibedakan menjadi unsur-unsur motif, tetapi ornamen didalamnya tidak lagi berupa ornamen-ornamen tradisional, melainkan berupa ornamen yang bergaya dinamis dan mendekati abstrak. Motif ini merupakan peralihan antara batik motif klasik dan batik modern, yaitu batik tanpa pola. Contoh motif klasik dinamis antara lain motif cumi-cumi, motif Dewa Ruci, Lereng modern. Gambar 3. Ragam hias non geometris Selanjutnya dikenal pula motif baru yang disebut batik gaya baru atau batik kreasi baru ataupun batik modern yang lebih bervariasi. Batik berdasarkan ragam hiasnya terdiri atas batik tradisi dan batik modern atau batik kreasi baru. Kata tradisi sendiri berarti adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat’ Balai Pustaka, 1996 1069 . Batik tradisi dan batik kreasi baru mempunyai beberapa perbedaan. a. Hasil gambar berupa garis-garis dan titik-titik kecil halus yang mengandung pengertian lambang dalam bentuk ragam hias tradisi. b. Penggunaan alat canting kuat dipertahankan. c. Warna yang digunakan biasanya meliputi 3 warna, yaitu coklat soga, biru indigo, hitam dan warna muda putih atau krem. d. Ragam hias batik biasanya menjadi nama batik itu sendiri karena ragam hias merupakan tema dari gambar pada kain batik. e. Bentuk ragam hias mantap, tidak berubah dan bertahan turun-temurun. Batik modern atau kreasi baru memiliki ciri-ciri a. Tema ragam hias tidak terikat oleh ragam hias tradisi, sehingga muncul ragam hias baru seperti manusia, alam benda, pemandangan atau gubahan pola tradisi. b. Ada kecenderungan perorangan yang kuat, kadangkala nama pencipta ingin di tonjolkan. c. Penggunaan alat tidak hanya dengan canting, melaikan bisa dengan alat yang lain. Contohnya kuas, sendok,dll. d. Warna yang digunakan tidak terbatas dan banyak menggunakan celupan kimia. e. Bentuk ragam hias berubah-ubah dan merupakan ungkapan pribadi. f. Peran batik meluas. Menurut Sewan Susanto dalam bukunya Seni Kerajinan Batik Indonesia, Batik kreasi baru sendiri secara umum memiliki jenis corak atau gaya batik yang antara lain adalah a. Gaya abstrak dinamis, misalnya menggambarkan rangkaian bunga, cerita rakyat dan sebagainya. b. Gaya gabungan, yaitu pengolahan dan sterilisasi ornamen dari berbagai daerah terjadi suatu rangkaian yang indah, biasanya dari ragam hias tradisi. c. Gaya lukisan, ini menggambarkan yang serupa lukisan seperti pemandangan atau bentuk bangunan, diisi dengan isen yang diatur rapi sehingga menghasilkan suatu hasil seni yang indah. d. Gaya khusus dari cerita lama, misalnya diambil dari ramayana atau mahabarata, gaya ini kadang-kadang seperti campuran antara riil dan abstrak. Pembagian pada batik, khususnya batik tradisi pada hakekatnya dapat dikelompokkan dalam 2 golongan, yaitu a. Ragam hias yang berinduk pada wahana budaya dan falsafah Jawa dengan corak yang cenderung statis, magis, simbolis dan jumlah warna terbatas, disebut sebagai batik Solo-Yogya b. Ragam hias yang lebih bebas, mandiri dan variatif baik bentuk maupun warnanya serta tidak terikat pada alam pikiran dan falsafah tertentu. Ragam hias ini tumbuh berkembang diluar batas-batas dinding keraton khususnya daerah pesisir utara Jawa, sehingga disebut batik pesisiran. Indonseia Indah seri Batik, 1997 42-44 2 Unsur-unsur Ragam Hias Sehelai kain batik memuat sejumlah ragam hias yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama yaitu ornamen utama, isen-isen dan ornamen tambahan. Ornamen utama Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan motif tersebut mempunyai makna, sehingga dalam pemberian nama motif batik berdasarkan jiwa dan arti perlambangan yang ada pada motif tersebut. Ornamen utama yang bersifat simbolis dan erat hubungannya dengan falsafah Hindu Jawa antara lain a. Meru melambangkan gunung atau tanah, disebut juga bumi. Berasal dari paham Indonesia kuno merupakan salah satu bagian dari keempat unsur hidup bumi, api, air, dan angin dan sebagai lambang dari unsur bumi atau tanah. Gambar 4. Ornamen meru b. Api, lidah api atau modang melambangkan nyala api atau geni, kekuatan sakti yang dapat mempengaruhi watak manusia. c. Ular atau naga melambangkan dunia bawah, air, perempuan, bumi dan musik. Gambar 6. Ornamen naga d. Burung melambangkan dunia atas, sedangkan berdasarkan empat unsur hidup’ burung melambangkan angin. Gambar 7. Ornamen burung e. Garuda, lar garuda atau sawat melambangkan mahkota atau penguasa tertinggi, yaitu penguasa jagad dan isinya. f. Pohon hayat melambangkan keperkasaan dan sakti. Gambar 9. Ornamen Pohon hayat g. Tumbuhan digambarkan semacam tanaman menjalar, bentuk lengkung-lengkungan atau yang disebut dengan lung-lungan. Gambar 10. Ornamen Tumbuhan h. Bangunan ialah bentuk ornamen yang menggambarkan semacam rumah yang terdiri dari lantai atau dasar dan atap. Gambar 11. Ornamen Bangunan Isen-isen merupakan aneka corak pengisis latar kain pada bidang-bidang kosong. Pada umumnya berukuran kecil dan kadang rumit, dapat berupa titik-titik, garis-garis ataupun gabungan keduanya. Jumlah isen-isen banyak sekali, tetapi hanya beberapa saja yang masih banyak dijumpai dalam ragam hias yang berkembang sampai saat ini, antara lain Cecek cecek Cecek pitu cecek sawut Cecek Sawut daun Sisik Melik sisik Herangan Gringsing Sawut Cacah gori Ukel Gambar 12. Isen-isen Ornamen tambahan atau ornamen pengisi Ornamen pengisi adalah hiasan yang ditempatkan pada latar motif sebagai penyeimbang bidang agar motif secara keseluruhan tampak serasi. Ornamen ini berfungsi sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Ornamen ini bentuknya lebih kecil dan lebih sederhana dari pada ornamen utama, sedang yang digambarkan dapat berbagai macam ataupun hanya satu macam pada ragam hias. Contoh ornamen pengisi adalah Gambar 13. Ornamen bentuk daun Gambar 14. Ornamen bentuk burung Pada kain panjang pada batik pesisir dan kain sarung terdapat pula ornamen pinggiran yang berfungsi sebagai hiasan pinggir kain atau sebagai batas antara bidang yang perpola dan tidak berpola, misalnya cemukiran. Gambar Gambar 16. Untu walang 3 Warna Ragam Hias Unsur lain yang penting dalam ragam hias adalah warna. Pada jaman dulu, kain batik hanya dibuat dengan satu warna saja, yaitu warna merah tua atau biru tua seperti yang terlihat pada kain kelengan. Kemudian batik dibuat dalam dua warna, atau tiga dan bahkan beragam warna. Warna-warna yang banyak dipakai adalah a. Warna hitam. b. Warna biru tua. c. Warna soga atau warna coklat. d. Warna mengkudu atau merah tua. e. Warna hijau. f. Warna kuning. g. Warna violet atau ungu. Susanto, 1980 178 Warna-warna batik pada mulanya didapat dari tumbuh-tumbuhan, diantaranya kunyit untuk menghasilkan warna kuning, mengkudu untuk menghasilkan warna merah kulit pohon soga untuk menghasilkan warna coklat dan daun nila atau indigo berasal dari tanaman perdu menghasilkan warna biru. Warna yang dihasilkan dari tumbuhan ini terbatas, disamping proses pewarnaannya memakan waktu yang cukup lama. Pemakaian zat warna buatan atau sintetis selain mempercepat proses pembuatan, mampu menghasilkan beragam warna dengan waktu pengerjaannya yang lebih cepat dan ketahanan warna yang lebih baik. Pada batik tradisi Solo-Yogya, warna yang digunakan adalah warna soga, indigo, hitam dan putih, sedangkan batik pesisir memiliki warna yang lebih kaya. Warna batik pesisir hampir selalu menggunakan warna dan tatawarna biru-putih kelengan , merah-putih bang-bangan , merah-biru bang-biru dan merah-biru-hijau bang-biru-ijo . Tentu saja dengan perbedaan nuansa warna menurut selera daerah yang bersangkutan. Batik modern atau kreasi baru yang tidak terbatas dalam menggunakan warna maupun jenis bahan pewarna, karena disesuaikan dengan kreatifitas pembuatnya. Berdasarkan warna latarnya dikenal batik latar putih dan batik latar hitam. Batik latar putih adalah kain batik yang sebagian besar bidang kainnya berwarna putih, karena pada waktu pembuatannya sebagian bidang kain ditutup dengan lilin batik. Apabila penutupan dengan lilin batik secara merata disebut batik latar putih bledak’, sedangkan bila penutupan berbentuk ukel kecil-kecil disebut batik latar putih ukel. Kebalikan dari batik tersebut adalah batik latar hitam, yaitu sebagian bidang terbuka atau tidak tertutup lilin. Batik latar hitam adalah hasil pembatikan daerah Solo-Yogya, yaitu pada batik klasik yang umumnya dipakai oleh para orang tua. Di daerah pesisir, latar hitam diganti dengan warna lain seperti hijau atau merah. Batik latar putih dianggap lebih cocok untuk orang muda, meskipun pada kenyataannya batik latar hitam pun juga dikenakan oleh orang muda.

ragam hias batik solo dilukiskan secara